Peringati Hari Bumi, Gemapela Kolaborasi dengan FLP dan Karang Taruna Gelar “Pentas Panas Bumi” di Sawah Tercemar Limbah Tambang

LAHAT, kabarretorika.com– Dalam rangka memperingati Hari Bumi, Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Lahat (Gemapela) menggandeng Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Lahat dan Karang Taruna Desa Karang Endah, Kecamatan Merapi Barat, menggelar sebuah pentas seni bertajuk “Pentas Panas Bumi” di areal sawah milik Mang Pendi, salah satu warga yang menjadi korban pencemaran limbah akibat aktivitas pertambangan. Selasa (22/04/2025).

Acara yang digelar secara terbuka ini menampilkan pertunjukan teaterikal dan deklamasi puisi dengan tema besar tentang kejahatan lingkungan dan ketidakadilan ekologis. Panggung sederhana yang dibangun di tengah areal sawah yang mengering menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap dampak buruk industri ekstraktif.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Karang Endah, Firman, mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk edukasi dan solidaritas terhadap masyarakat.

“Kegiatan seperti ini sangat kami apresiasi. Selain edukatif, ini juga menjadi dorongan moril bagi warga kami, khususnya Mang Pendi, yang tanahnya tercemari oleh aktivitas pertambangan. Kami berharap suara-suara seperti ini tidak hanya bergema di desa, tetapi juga sampai ke telinga pengambil kebijakan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Gemapela, Sundan Wijaya Bahari, menegaskan bahwa pentas ini adalah bentuk nyata dari perlawanan terhadap ketidakadilan.

“Apa yang kami gelar hari ini adalah wujud perlawanan terhadap ketidakadilan dari oknum-oknum pertambangan yang hanya mengeruk bumi tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Hari Bumi harus menjadi momentum untuk menyuarakan suara bumi dan mereka yang tertindas,” tegasnya.

Dalam pertunjukan “Pentas Panas Bumi” tersebut, dipentaskan sebuah teaterikal kritis karya Audiya Nurul Aziza yang menggambarkan luka bumi dan dampaknya terhadap masyarakat desa. Penampilan menggugah juga disuguhkan oleh para deklamator dari FLP Cabang Lahat, yaitu Allya Wisnu dan Rahmat Thamrin, yang membacakan puisi-puisi tentang perlawanan dan cinta terhadap alam.

Tak hanya itu, anak-anak dari Karang Taruna Desa Karang Endah dan anggota Gemapela turut ambil bagian, menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan kini mulai tumbuh dari akar rumput.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang refleksi, namun juga menjadi suara lantang dari desa yang selama ini dipinggirkan. Suara yang menggema di tengah sawah, suara bumi yang sedang menangis.