Tim INI LAHAT NIAN Telusuri Situs BATU JEBANG Dari Jejak Leluhur
LAHAT, KR- Penelusuran salah satu jejak peradaban leluhur kita di masa lampau yaitu situs Batu Jebang, dilakukan oleh Tim INI LAHAT NIAN yaitu Yardi Chan, Soufie Retorika, Aan Kuntjay, dan Irfan Witarto. Tim menuju ke situs Batu Jebang tersebut ikut di temani oleh Pemerhati Sejarah Bambang Aprianto dan Ketua RW 03 Junaidi, yang tempatnya terletak di RT. 11. RW 03 Kelurahan Kota Baru kecamatan Lahat, yang berada di ketinggian sekitar 150 – 250 meter dari permukaan laut. Sabtu (08/07/2023).
Situs ini diapit oleh Ayek (sungai) Kili dan Ayek Ganya, dua buah sungai yang bermuara ke sungai Puntang dan Lahangan. Di dalam peta militer KNIL tahun 1921 toponim BATU JEBANG telah tercantum dengan jelas dengan Munggu Bal di sebelah utara dan pematang duku di sebelah timurnya.
Selain itu di sekitar batu dikelilingi bilah bilah batu yang tersusun secara bertingkat atau berundak yang diperkirakan lebih kurang 5-8 undak dengan diameter sekitar 50 sentimeter melingkarinya.
Pada beberapa bilah batu jenis batu pasir atau sandstone, ternyata ditemukan guratan guratan aksara jawi atau pegon atau warga setempat menyebutnya huruf Arab gundul.
Djebang yang tim INI LAHAT NIAN baca di peta KNIL ini, dan peta terakhir Kelurahan Kota Baru, menurut bahasa lokal Lahat berarti Besar, sementara dalam bahasa Melayu kuno berarti tameng atau perisai.
Melihat topografi yang ada yang dahulu merupakan wilayah perkebunan yang di kelola kolonial Belanda, bisa jadi wilayah ini penyangga kehidupan dari air sungai yang teraliri. Batu Jebang sendiri di sangga Pohon Ciru yang cukup besar.
Di situs Batu Jebang selain terdapat sebongkah batu berukuran besar dengan tinggi hampir mencapai 225 CM lebar 170 cm dengan garis tengah 150, 170 cm. Di kelilingi bilah-bilah batu yang tersusun secara berundak tadi seperti yang di ceritakan.
Kapan, mengapa dan siapa yang mengguratkan aksara-aksara jawi itu. Belumlah di ketahui dengan pasti. Sehingga aksara di situs Batu Jebang itu masih menjadi teka teki yang belum terpecahkan. Masyarakat lokal pun, menghormati dan menjaga tempat ini.