Category Archives: Sumatera Selatan

Disdukcapil Lahat Raih Prestasi Dalam Pelayanan Publik se-Sumsel Tahun 2025 Melalui Inovasi Andalan “Palah Beghusik”

LAHAT, kabarretorika.com– Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) menggelar Penganugerahan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Disdukcapil se-Sumatera Selatan Tahun 2025. Kegiatan ini menjadi ajang apresiasi bagi seluruh Disdukcapil kabupaten/kota yang terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan melalui inovasi-inovasi unggulan.
Acara penganugerahan berlangsung meriah dan dihadiri oleh para kepala Disdukcapil se-Sumatera Selatan serta pejabat pemerintah provinsi. Bupati Lahat diwakili oleh Bapak Asisten I Setda Kabupaten Lahat, yang hadir memberikan dukungan penuh terhadap kemajuan pelayanan publik di Kabupaten Lahat.
Pada momentum tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lahat berhasil meraih prestasi membanggakan dengan masuk dalam Top 3 Inovasi dan Top 6 Inovasi Pelayanan Publik Disdukcapil se-Sumatera Selatan Tahun 2025 melalui inovasi andalan “Palah Beghusik”. Inovasi “Palah Beghusik”, yang menjadi unggulan Disdukcapil Lahat, merupakan layanan perekaman data kependudukan bagi masyarakat berkebutuhan khusus.

Program ini dirancang untuk memastikan bahwa masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik, mental, ataupun kondisi tertentu tetap mendapatkan hak layanan administrasi kependudukan secara mudah, cepat, dan manusiawi. Petugas melakukan pelayanan jemput bola ke lokasi masyarakat, sehingga proses perekaman KTP-el maupun dokumen lainnya dapat dilakukan tanpa hambatan.
Inovasi ini mendapat apresiasi karena tidak hanya membantu memperluas jangkauan layanan, tetapi juga memberikan bukti nyata bahwa pemerintah daerah berkomitmen menghadirkan pelayanan yang inklusif dan berkeadilan bagi seluruh warga.
Perwakilan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam sambutannya menyampaikan bahwa inovasi seperti “Palah Beghusik” menjadi gambaran bagaimana pelayanan publik dapat terus berkembang untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang beragam. Prestasi Disdukcapil Lahat diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam menghadirkan layanan yang lebih empatik dan adaptif.
Dengan keberhasilan ini, Disdukcapil Kabupaten Lahat semakin mantap untuk terus memperkuat inovasi dan meningkatkan kualitas pelayanan, demi memastikan seluruh masyarakat mendapatkan akses layanan kependudukan yang prima.

“Sebelum Lemang Matang” Cerpen Menarik by: Aan Kunchay Lahat

Sebelum Lemang Matang

Oleh: Aan Kunchay

Senja merayap perlahan di belakang rumah panggung itu, rumah yang sudah tua, tetapi masih tegap seperti perempuan yang menempatinya. Di bawahnya, deretan kayu bakar mengering, menunggu takdirnya jadi bara. Dan di hadapan tungku tanah liat, seorang perempuan tua bernama Mak Ratna sedang menimbang buluh, memilih mana yang pantas jadi wadah lemang, mana yang hanya cocok untuk kelak jadi kayu dapur.

Angin sore turun dari arah Bukit Serelo, membawa aroma bunga kopi dan rumput basah. Di sela desir itu, suara sandal menyeret tanah membuat Mak Ratna menoleh sedikit, tidak terkejut, hanya memastikan.

Lelaki itu berdiri dengan napas berat, seperti baru saja memanjat tangga hati yang terlalu tinggi. Darman, anak lelakinya. Kemejanya rapi, tapi kerahnya tampak gelisah. Jam tangannya mengkilap, tapi matanya redup.

“Mak…” ucapnya pendek.

Mak Ratna mengusap buluh dengan selembar daun pisang, tidak terburu-buru.
“Sudah pulang dinas, Man?”

“Iya. Langsung ke sini.”

“Hm.”
Hanya itu jawabannya. Tapi Darman tahu: hm dari ibunya bisa berarti apa saja, dari rindu sampai murka.

Ia duduk di kursi bambu yang goyah.
“Mak, ikutlah tinggal sama aku. Rumahku besar. Mak tidurlah di kamar depan. Biar aku rawat.”

Mak Ratna menata buluh-buluh berdiri di sekeliling tungku.
“Semua orang ingin besar, Man. Sampai lupa ukurannya.”

Darman meraba-raba ujung kemejanya.
“Aku cuma ingin Mak nyaman. Di rumah besar, Mak tak usah lagi masak lemang. Tinggal santai.”

Perempuan tua itu tertawa kecil, bukan mengejek, hanya menertawakan kenyataan hidup yang sering keliru menerjemahkan makna nyaman.

“Rumah kau besar benar ya, Man?”

“Besar, Mak. Alhamdulillah.”

“Mobil kau baru juga ya?”

Darman terdiam sejenak. “Iya, Mak. Baru bulan lalu.”

Mak Ratna menambahkan kayu ke tungku.
“Nak… Mak ini memang tua. Tapi bukan berarti Mak buta.”

Senja makin kemerahan. Cahaya masuk lewat sela papan, menampar wajah Darman seperti kenyataan yang tak bisa dia elak.

Mak Ratna duduk di bangku kecilnya. Ia mengambil satu buluh, mengetuk bagian pangkal.

“Dengar baik-baik, Man. Buluh ini kosong. Kalau kau isi dengan ketan, santan, garam, lalu kamu bakar, dia akan bercerita. Dia akan buka rahasia. Lemang itu tidak pandai berbohong.”

“Mak… aku cuma ingin yang terbaik buat kalian,” bisik Darman.

“Dari uang apa?” Suara Mak Ratna sangat pelan, tetapi memotong udara seperti sembilu.“Gaji kau Mak tahu. Tunjangan kau Mak tahu. Bahkan honor-honor kecil kau pun Mak tahu. Tapi rumah kau… terlalu mahal. Mobil kau… terlalu mewah. Sekolah anak kau… lebih tinggi dari langit.”

Darman mengangkat kepala.
“Mak jangan su’uzon. Semua orang bilang aku berhasil karena kerja keras.”

Mak Ratna membuang pandang ke arah sungai kecil di belakang rumah.
“Kerja keras itu memang membawa rezeki. Tapi rezeki yang halal biasanya datang dengan peluh. Bukan dengan pintu belakang.”

Darman menutup mulutnya, menarik napas dalam-dalam.
“Mak tidak tahu dunia sekarang. Kalau aku tidak ambil sedikit-sedikit, jabatan ini cuma makan hati. Semua orang lakukan hal yang sama.”

Mak Ratna mengaduk bara, membuat api memercik kecil.
“Darman… kau diajari siapa soal benar–salah? Dunia? Atau Mak yang melahirkan kau?”

Darman bungkam.

“Kalau orang lain gosong, apa kau ikut juga? Kalau orang lain nyebur di sungai keruh, apa kau loncat juga? Dunia itu tidak bisa jadi pedoman kalau hati tak punya kompas.”

Mak Ratna mengangkat wajah, menatap anaknya seperti hendak membaca isi dadanya.

“Kau masih ingat bapakmu, Man?”

Darman tertegun. Ia mengangguk pelan.

“Bapak kau dulu pernah kerja di proyek besar. Dikasih amplop. Dia tolak. Uangnya banyak. Tapi dia bilang, ‘Ndak usah, Ratna! Kita makan nasi garam, asal anak kita tidak menunduk kalau disebut nama bapaknya.’”

Mak Ratna mengusap matanya yang mulai basah. “Bapak kau miskin, tapi namanya harum. Kau kaya… tapi Mak lihat bayangan hitam di belakangmu.”

Darman gusar. “Mak… jangan keras sekali.”

“Keras? Hidup lebih keras dari Mak.”
Ia menunjuk lemang yang mulai beraroma.
“Kalau santannya berlebih, dia ‘luyak’, Man. Kalau kurang garam, hambar. Hidupmu juga begitu. Kurang air santan akan ‘matah’. Terlalu banyak hal yang bukan hakmu… maka rasa hidup kau rusak.”

Ia menatap anaknya lebih tajam, suaranya merendah namun menusuk, “Kau kira Mak bangga punya anak kepala dinas? Kalau nama besar kau itu cuma berdiri di atas hak orang lain?”

Darman mencoba membuka suara, tapi tenggorokannya tercekat.

Mak Ratna melanjutkan, “Kaya itu bukan salah, Man. Tapi kalau kaya kau membuat orang bertanya-tanya… kalau kaya lebih cepat dari kerja keras… orang tidak puji. Orang cuma sabar menunggu kapan kau jatuh.” Ia menunduk, membalik lemang. “Dan kalau kau jatuh, Man… jangan lupa: Yang dipermalukan bukan cuma dirimu. Istri kau. Anak kau. Mak. Semua ikut menunduk.”

Darman menahan napas seperti menahan badai. Mak Ratna menambahkan kayu kecil.
“Asal kau tahu… uang haram itu seperti api, Man. Hangat di awal, membakar di akhir. Hangatnya sebentar, malunya lama. Lamanya sampai ke anak cucu.”

Ia berhenti sejenak. Kemudian mengucapkan sesuatu yang membuat udara serasa pecah:
“Ingat ini baik-baik… nama besar bisa dibeli, tapi nama baik harus diperjuangkan. Nama besar bisa runtuh dalam sehari. Nama baik hidup lebih lama dari makam.”

Darman menutupi wajahnya. Tangan yang selama ini memegang kemudi mobil mewah itu kini gemetar seperti genggaman anak kecil.

Darman menunduk. Api tungku terus berderak, memercik kecil, seolah menertawakan kebisuannya.
Mak Ratna menambahkan sepotong buluh kosong ke tepian api. “Lihat ini, Nak…” katanya pelan.

Darman mengangkat wajah. Buluh itu mulai menghitam di satu sisi, perlahan, seperti dosa yang tak pernah benar-benar padam.

“Kalau api kau biar hidup dari yang tak benar,” suara Mak Ratna gemetar sedikit, “dia makan apa saja. Termasuk nama kau, nama anak kau, dan nama yang sudah susah payah emak jaga dari dulu.”

Darman menelan ludah. Sesak.
Mak Ratna mengusap buluh gosong itu dengan jari renta yang gemetar.
“Orang bisa sembunyi dari banyak hal, Man… tapi bau hangus ini…” Ia mengangkat buluh itu, menyodorkannya dekat wajah anaknya. Aroma gosongnya menusuk hidung. “…bau ini,” lanjutnya lirih, “akan pulang duluan ke rumah kau, sebelum kau sendiri sampai.”

Darman tiba-tiba merasakan sesuatu pecah di dalam dadanya, pelan dulu, lalu seperti retakan yang merambat cepat. Mulutnya ingin bicara, tapi tak ada suara yang keluar.

Mak Ratna melanjutkan tanpa menatap anaknya, “Emak takut, Man… bukan takut kau miskin… tapi takut kau pulang nanti bukan bawa harga diri, tapi bawa malu. Malu yang tak bisa dicuci walau seluruh Sungai Lematang kau keruk.”

Darman tercekat. Tangannya, tanpa ia sadari, meraih buluh gosong itu. Sentuhan pertamanya membuat jantungnya seperti berhenti sekejap.
Panasnya masih tersisa, seperti dosa yang menempel di kulit.

“Man…” suara ibunya merendah, nyaris seperti doa yang putus, “…kalau api sudah jadi kawan yang salah, dia cuma punya satu hadiah: hangus.”

Kalimat itu menghantamnya lebih keras daripada seluruh omelan atasan, media, atau ancaman hukum yang pernah ia dengar.
Karena kali ini, yang berbicara bukan negara, tetapi ibunya.

Darman memejamkan mata. Di balik kelopak, ia melihat rumah mewahnya, mobilnya, sekolah mahal anak-anaknya. Semua tampak seperti bayangan rapuh yang menunggu waktu runtuh.
Air matanya jatuh, diam, tanpa suara. Pertama kali sejak ia menjabat.

Mak Ratna pura-pura sibuk membalik lemang, pura-pura tak melihat, tapi suaranya lembut seperti air yang menenangkan bara.

“Masih ada waktu, Man… sebelum lemang ini matang.”

Darman membuka mata. Ada sesuatu yang baru tumbuh di dalamnya. Bukan penyesalan saja, tapi tekad yang akhirnya menemukan rumah. Ia menatap api. Dan untuk pertama kalinya, api itu tidak lagi mengancam, ia seperti cermin yang memperlihatkan wajah sebenarnya.

“Mak… kalau aku berhenti… apa masih bisa semuanya diperbaiki?”

Mak Ratna menatapnya, lama, sangat lama, seolah hendak membaca garis hidupnya.
“Bisa. Selama kau masih hidup, masih ada yang bisa dibetulkan. Yang tidak bisa dibetulkan itu… kubur, Man.”

Darman menangis tanpa suara. Mak Ratna menepuk bahu anaknya. Lembut. Tegas. Ibu sekali, manusia sekali.

“Pulanglah kepada dirimu sendiri. Baru pulang kepada dunia.”

Mereka makan lemang bersama, diam dan hangat. Langit Kabupaten Lahat berubah emas, lalu merah, lalu ungu. Seperti membuka jalan untuk sebuah keputusan yang hanya diketahui oleh orang yang sedang menatap bara di dalam dirinya sendiri.

Tidak ada sumpah. Tidak ada janji-janji manis.
Hanya getaran halus pada tatapan Darman, seperti lemang yang matang tepat waktu: Diam, tapi penuh niat. Dan Mak Ratna tahu:
Hari itu, bukan hanya lemang yang matang.
Hatinya dan hati anaknya, akhirnya ikut matang.

Lahat, 5 Desember 2025

Tentang Penulis:
Aan Kunchay adalah seorang jurnalis asal Kabupaten Lahat yang juga menekuni dunia tulis-menulis. Dalam kesehariannya, ia tak hanya melaporkan fakta, tetapi juga mengolah kisah-kisah inspiratif dari sekelilingnya menjadi cerita yang menggugah. Salah satu karyanya adalah “Burung-Burung yang Lupa Cara Terbang”, sebuah kumpulan cerpen yang merefleksikan realitas kehidupan yang diterbitkan pada tahun 2024.

“SATU DESA SATU CERITA” Antologi Kisah dari Lahat untuk Indonesia

📖 SATU DESA SATU CERITA
Antologi Kisah dari Lahat untuk Indonesia

Buku “Satu Desa Satu Cerita” merupakan sebuah antologi istimewa yang menghimpun kisah-kisah inspiratif tentang desa-desa di Kabupaten Lahat. Ditulis oleh 20 penulis terpilih yang naskahnya lolos kurasi dari lomba “Satu Desa Satu Cerita” yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Lahat, bekerja sama dengan Media Lahat Online dan Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Lahat.

Melalui buku ini, para penulis menghadirkan potret keragaman potensi, budaya, dan tradisi desa-desa di Lahat, menuturkan kembali denyut kehidupan masyarakat, nilai kearifan lokal, serta pesona alam dan sejarah yang layak dikenal lebih luas.

Buku ini juga semakin istimewa karena dibuka dengan kata penghantar dari Bupati dan Wakil Bupati Lahat, sebagai bentuk dukungan terhadap semangat literasi daerah yang tumbuh dari akar desa.

📚 Harga: Rp100.000,-
Sebagian dari keuntungan penjualan buku ini akan didonasikan untuk kegiatan sosial, sebagai wujud nyata bahwa literasi bukan hanya soal menulis dan membaca, tetapi juga tentang berbagi dan peduli.

Untuk pemesanan buku Satu Desa Satu Cerita, silakan hubungi:
📞 Aan Kunchay – 0821-8276-0818

✨ Satu cerita mungkin sederhana, tapi dari banyak cerita, kita bisa membangun peradaban yang lebih bermakna.

Wabup Lahat Hadiri Pembukaan Rapat Paripurna Ke-3 DPRD Lahat, Bahas Propemperda dan Rencana Kerja DPRD Kabupaten Lahat

LAHAT, kabarretorika.com– Wakil Bupati Lahat, Widia Ningsih, S.H., M.H., menghadiri Pembukaan Rapat Paripurna Ke-3 DPRD Kabupaten Lahat Masa Persidangan Pertama Tahun Sidang 2025–2026, yang digelar dalam rangka membahas Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda) Kabupaten Lahat Tahun 2026 serta Rencana Kerja DPRD Kabupaten Lahat Tahun Anggaran 2026.

Tuntutan Tidak digubris, Ratusan Warga Desa Arahan Akan Datangi Pemkab dan DPRD Lahat

LAHAT, kabarretorika.com– Menindak lanjuti belum adanya tanggapan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lahat terkait surat yang telah disampaikan tertanggal 19 September 2025, maka Masyarakat Desa Arahan (IMDAB) akan menggelar aksi damai di Lapangan kantor Bupati Lahat dan DPRD Kabupaten Lahat.

STOP DAN HENTIKAN PEMBANGUNAN JALAN HOLING BATU BARA OLEH PT ANTAR LINTAS RAYA (ALR)

LAHAT, kabarretorika.com– Luar biasa, PT. ANTAR LINTAS RAYA (ALR) Masih saja melakukan kegiatan pembukaan jalan Holing batu bara di areal lahan HGU PT. PBJ. Hal ini diketahui ketika masyarakat cek lokasi untuk memasang patok batas tanah kebun milik masyarakat.

Tanpa Izin , Pembangunan Jalan Houling Batu Bara PT Antar Lintas Raya (ALR) Gusur Ribuan Sawit Warga

LAHAT, kabarretorika.com– Pembangunan jalan houling batu bara oleh PT Antar Lintas Raya (ALR) kembali menuai sorotan. Pasalnya, proyek sepanjang 17 km dengan lebar 30 meter yang melintasi areal Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan sawit, diduga tidak mengantongi izin resmi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Sumbang 8 Emas di Porprov 2023, FPTI Lahat Tidak didaftarkan KONI di Porprov 2025 MUBA

LAHAT, kabarretorika.com- Kabar buruk bagi dunia olahraga di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan kini menghantui insan olahraga, khususnya para atlit yang menjadi tulang punggung peraih medali di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumsel. Betapa tidak, para atlit yang sudah bertahun-tahun melakukan latihan hingga training center mandiri, harus gigit jari karena cabor yang mereka geluti tidak didaftarkan oleh KONI Kabupaten Lahat dalam ajang Porprov di Musi Banyuasin tahun 2025 ini.

Para Atlet Panahan Muda Kabupaten Lahat Raih Tiket Kejurnas Panahan Junior 2025

PALEMBANG, kabarretorika.com– Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Lahat, Ramdhanisyah, S.Pd., menyampaikan apresiasi tinggi kepada para atlet panahan muda asal Kabupaten Lahat yang berhasil meraih tiket menuju Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Panahan Junior 2025.

PLH Disdikbud Lahat Akan Tindaklanjuti Dugaan Pungutan oleh Oknum Kepsek, Imbau Sekolah Hindari Pungli Saat Kelulusan

LAHAT, kabarretorika.com– PLH Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lahat, Dr. Hasperi Susanto, S.Pd.,M.M menegaskan komitmennya dalam menjaga integritas dunia pendidikan menyusul laporan dugaan praktik pungutan liar (pungli) yang melibatkan salah satu oknum kepala sekolah di wilayah Merapi Timur. Laporan tersebut sebelumnya telah disampaikan langsung kepada Wakil Bupati Lahat.

Pemuda Tolak Eksplorasi Panas Bumi di Tanjung Sakti

LAHAT, kabarretorika.com- Di tengah krisis iklim sekarang ini, dunia semakin gencar membangun pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Kebutuhan akan sumber energi yang berkelanjutan dan rendah emisi karbon menjadi sebuah keharusan. Dari sekian macam sumber energi, panas bumi/geothermal merupakan salah satu yang dianggap memenuhi kriteria tersebut. Indonesia termasuk dari banyak negara yang turut merayakan riuh rendah pengembangan geothermal sebagai energi terbarukan.

SMP Muhammadiyah Lahat Beri Kejutan di Ajang FLS3N 2025, Sabet Juara 2 Lomba Tari

LAHAT, kabarretorika.com– Tak disangka, SMP Muhammadiyah Lahat sukses mencuri perhatian publik dan dewan juri dalam ajang Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat Kabupaten Lahat yang digelar di SMPN 5 Lahat, Selasa (28/5/2025). Meski sebelumnya tidak dijagokan, sekolah ini justru tampil mengejutkan dengan berhasil meraih Juara 2 dalam kategori Lomba Tari.

Terkait Penetapan Tersangka Peta Desa Fiktif Kajari Tegaskan Sudah Melalui SOP

LAHAT, kabarretorika.com– Sidang Praperadilan kasus Korupsi Peta Desa Kabupaten Lahat Tahun Anggaran 2023, sebagai pemohon Tersangka DE mantan Kepala DPMDes dan pihak termohon Kajari Lahat yang diselenggarakan di ruang sidang Prof Dr. H. M. Syarifuddin S.H., M.H., Pengadilan Negeri Lahat hari ini, Kamis (08/05/2025) dalam Sidang agenda bukti tambahan mendengarkan Keterangan Saksi Ahli dari pemohon dan kesimpulan.

Kajari Lahat Stor ke Negara Rp.1,022 Milyar Dari Tindak Pidana Korupsi Inspektorat dan Pertambangan

LAHAT, kabarretorika.com- Kejaksaan Negeri Lahat Setor uang tunai titipan pengganti kerugian negara dari dua tindak pidana Korupsi yang terjadi di Kabupaten Lahat.Total uang yang diamankan sebesar Rp. 833.256.364, 00 dalam perkara tindak pidana korupsi pada Inspektorat Kabupaten Lahat tahun anggaran 2020 serta Rp.169.500.000,00 dalam perkara tindak pidana korupsi di pertambangan PT. ABS (Andalas Bara Sejahtera). Uang pengganti tersebut telah disetorkan ke Kas Daerah Kabupaten Lahat dan Kas Negara.